Beranda | Artikel
Hukum Sate Kelinci dan Sate Kuda
Rabu, 31 Agustus 2022

Pertanyaan:

Apa hukum makan sate kelinci dan sate kuda? Mohon penjelasannya. Jazakumullah khairan.

Jawaban:

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ash-shalatu was salamu ‘ala nabiyyina Muhammadin, wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in, amma ba’du.

Daging kelinci hukumnya halal menurut ulama 4 madzhab. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat memakan daging kelinci. Berdasarkan hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

أنْفَجْنَا أرْنَبًا ونَحْنُ بمَرِّ الظَّهْرَانِ، فَسَعَى القَوْمُ فَلَغِبُوا، فأخَذْتُهَا فَجِئْتُ بهَا إلى أبِي طَلْحَةَ، فَذَبَحَهَا فَبَعَثَ بوَرِكَيْهَا – أوْ قالَ: بفَخِذَيْهَا – إلى النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فَقَبِلَهَا

“Kami pernah mengejar seekor kelinci di Marr az-Zhahran. Dan banyak orang juga yang mencoba mengejarnya, sampai mereka kelelahan. Namun aku (Anas) mendapatkannya. Kemudian aku membawa kelinci tersebut kepada Abu Thalhah, dan ia pun menyembelihnya. Kemudian Abu Thalhah membawakan bagian bokong atau bagian paha dari kelinci tersebut (yang sudah dimasak) kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan beliau pun menerimanya.” (HR. Bukhari no. 5489, 5535, 2572, Muslim no.1953)

Dari Marwan bin Shafwan radhiyallahu’anhu, ia berkata:

أصَّدتُ أرنبينِ فذبحتُهُما بِمروةٍ، فسأَلتُ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ عنهما فأمرَني بأَكْلِهِما

“Aku berburu dua ekor kelinci, lalu aku sembelih di Marwah. Aku pun bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kedua kelinci tersebut. Beliau memerintahkan aku untuk memakannya.” (HR. Abu Daud no.2822, dishahihkan al-Albani dalam Shahih Abu Daud)

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:

وَأَكْل الْأَرْنَب حَلَال عِنْد مَالِك وَأَبِي حَنِيفَة وَالشَّافِعِيّ وَأَحْمَد وَالْعُلَمَاء كَافَّة , إِلَّا مَا حُكِيَ عَنْ عَبْد اللَّه بْن عَمْرو بْن الْعَاصِ وَابْن أَبِي لَيْلَى أَنَّهُمَا كَرِهَاهَا . دَلِيل الْجُمْهُور هَذَا الْحَدِيث مَعَ أَحَادِيث مِثْله , وَلَمْ يَثْبُت فِي النَّهْي عَنْهَا شَيْء

“Memakan kelinci hukumnya halal menurut Imam Malik, Abu Hanifah, asy-Syafi’i, Imam Ahmad, dan para ulama yang lain. Namun memang ternukil riwayat dari Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash dan Ibnu Abi Layla bahwa mereka berdua memakruhkan daging kelinci. Namun dalil jumhur adalah hadits ini dan hadits-hadits yang semisalnya. Dan tidak terdapat dalil yang melarangnya sedikitpun.” (Syarah Shahih Muslim, 13/104-105)

Demikian juga daging kuda hukum memakannya halal menurut jumhur ulama. Berdasarkan hadits dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhu, beliau berkata,

نَهَى رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَومَ خَيْبَرَ عن لُحُومِ الحُمُرِ الأهْلِيَّةِ، ورَخَّصَ في الخَيْلِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di hari perang Khaibar melarang untuk memakan daging keledai jinak dan membolehkan untuk memakan daging kuda.” (HR. Bukhari no.4219, Muslim no.1941)

Dan juga hadits dari Asma’ binti Abi Bakar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ذَبَحْنَا علَى عَهْدِ رَسولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فَرَسًا، ونَحْنُ بالمَدِينَةِ، فأكَلْنَاهُ

“Dahulu di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup kami biasa menyembelih kuda. Ketika itu kami di Madinah. Dan kami pun memakan dagingnya.” (HR. Bukhari no. 5510, 5511, 5512, 5519, Muslim no. 1942)

Adapun hadits:

نَهَى رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ عن لُحومِ الخيلِ ، والبغالِ ، والحَميرِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang memakan daging kuda, bighal, dan keledai.” (HR. Ibnu Majah no.628)

Hadits ini disepakati kelemahannya oleh para ulama hadits. An-Nawawi rahimahullah berkata:

اتفق العلماء من أئمة الحديث وغيرهم على أنه حديث ضعيف وقال بعضهم هو منسوخ

“Para ulama hadits dan selain mereka sepakat tentang kelemahan hadits ini. Sebagian mereka mengatakan: mansukh.” (Syarah Shahih Muslim, 13/95)

Kesimpulannya, sate kelinci dan sate kuda hukumnya halal untuk memakannya. Wallahu a’lam.

Semoga Allah ta’ala memberi taufik.

***

Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/39145-hukum-sate-kelinci-dan-sate-kuda.html